Monday, June 29, 2015

Kompromi atau Toleransi

Dalam sebuah relationship, hanya ada 2 (dua) pilihan. Kompromi atau Toleransi.
Hal yang sering dijadikan contoh adalah :
a. kebiasaan menurunkan/menaikkan dudukan toilet
b. kebiasaan memencet tube pasta gigi

Sebuah relationship adalah penyatuan 2 (dua) orang manusia dengan histori, latar belakang, didikan masing-masing. Seseorang yang sudah dididik dengan suatu konsep selama puluhan tahun, tentu tidak mudah, untuk tidak mengatakan mustahil, mengubahnya dalam hitungan hari.
Kunci nya hanya 2 (dua) pilihan, Kompromi atau Toleransi.

Kompromi
Artinya ada pihak yang mengalah dan mengikuti cara/kebiasaan pihak lain.

Toleransi
Artinya keduanya masing-masing tetap dengan kebiasaan masing-masing dan tidak saling berusaha mengubah.

Atau gabungan keduanya :
Ada pihak yang mengalah (kompromi), tapi dibebaskan untuk kapanpun mengikuti cara/kebiasaan dia, tanpa disudutkan/dipaksa/disalahkan.

Contoh:
A dididik dengan tidak adanya keharusan menaikkan atau menurunkan dudukan toilet. Jadi orang yang akan menggunakan yang harus menaikkan/menurunkan dudukan toilet nya sendiri. Dan hal ini tidak dipermasalahkan dalam keluarganya.

A bisa memilih untuk kompromi pada B (pasangan nya), bila ternyata B dididik dengan keharusan menaikkan/menurunkan dudukan toilet, dengan mengikuti kebiasaan nya.

Atau B bisa toleransi dengan membiarkan A tidak harus mengikuti kebiasannya, yang harus menaikkan/menurunkan dudukan toilet.

Atau keduanya bisa sepakat, bahwa sekali-kali A kompromi menaikkan/menurunkan dudukan toilet, tapi B tetap harus toleransi bila pada suatu ketika menemukan bahwa A tidak menaikkan/menurunkan dudukan toilet, dengan tidak mempermasalahkan nya.


Simple bukan ?

Thursday, May 14, 2015

40 Hari

Ini posting pertama sejak berpulang nya papa ke pangkuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebenarnya masih perih hati ini mengenang kepergiannya. Tapi hidup ini masih tetap harus berjalan, dan aku harus tetap kuat melangkah, demi kebaikan semua.
Begitu banyak penyesalan dalam hati, terlebih sepanjang 2015 ini aku sudah semakin jarang pulang ke rumah orang tua.
Bahkan di hari raya Imlek aku mengeraskan hati untuk tidak pulang menemui beliau.

Sungguh penyesalan yang menorehkan luka yang sangat dalam. Entah kapan aku bisa memaafkan diriku sendiri atas kebodohan ini.

Monday, March 16, 2015